Pengaruh Sinyal Resesi Ekonomi AS & Negosiasi Dagang China ke IHSG

media-image

 

Pasar saham Indonesia berhasil bangkit dengan kenaikan cukup meyakinkan pada perdagangan kemarin setelah mengalami koreksi pada perdagangan Rabu.

Hawa sejuk negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) dengan China diduga menjadi penyebab adanya sentimen positif pada perdagangan tersebut. Dari tanggal 28-29 Maret lalu, AS dan China menggelar negosiasi dagang di Beijing yang mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.

Dalam negosiasi dagang teranyar dengan AS tersebut, pejabat pemerintahan AS mengatakan China menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan dari sebelumnya, termasuk proposal guna mengatasi masalah pemaksaan transfer teknologi, seperti dilansir dari Reuters.

Pemaksaan transfer teknologi inilah yang menjadi salah satu penyebab meletusnya perang dagang kedua negara. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menganggap praktek pemaksaan transfer teknologi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan AS yang berinvestasi di China telah sangat merugikan mereka dan perekonomian AS secara keseluruhan.

Namun, kekhawatiran terkait datangnya resesi di AS yang semakin besar membuat aura damai dagang AS-China menjadi kurang terasa. Naiknya kekhawatiran tersebut dapat dilihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan yang semakin meninggalkan tenor 10 tahun.

Pada perdagangan kemarin, yield tenor 3 bulan berada di level 2,4403 persen, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,3805 persen, ada selisih 5,98 bps. Tingginya selisih tersebut menandakan pelaku pasar melihat risiko yang semakin tinggi dalam jangka waktu dekat.

Pada Kamis, 28 Maret 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,56 persen dengan berakhir di level 6.480,79. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cenderung sepi, di mana tercatat 13,72 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi hanya Rp7,86 triliun.

Secara sektoral,hampir seluruhnya kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, kecuali sektor industri dasar yang melemah sendirian 0,76 persen.

Tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni keuangan (1,22 persen), infrastruktur (1,03 persen), dan konsumer (0,44 persen).

Beberapa saham yang menopang IHSG kemarin :

1. Saham BMRI (3,1 persen)

2. Saham BBRI (1,5 persen)

3. Saham TLKM (1,8 persen)

4. Saham BBCA (0,7 persen)

5. Saham INTP (4,3 persen)

Sebanyak 195 saham menguat, 208 saham melemah, dan 128 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp306,18 miliar.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing :

1. Saham TLKM (Rp105,71 miliar)

2. Saham BMRI (Rp67,99 miliar)

3. Saham GGRM (Rp56,28 miliar)

4. Saham BRPT (Rp55,68 miliar)

5. Saham BBRI (Rp41,48 miliar)

 

Disadur dari: Bareksa.com